Adanya
gangguan prostat pada kaum pria sering dikaitkan dengan pertambahan usia pada
kaum pria itu sendiri. Pasalnya memang usia seorang pria sangat berpengaruh
terhadap resiko akan terjangkitnya penyakit prostat pada pria tersebut. Hal ini
dibuktikan dari angka yang ditunjukkan oleh banyaknya penderita penyakit
prostat pada usia-usia tertentu yaitu
pada pria usia 40 tahun kurang lebih 10% yang terserang penyakit
prostat, pada usia 50 tahun sekitar 35%, dan pada usia 80 tahun meningkat
mejadi 70%.
Dan
salah satu penyakit prstat yang mengancam pada pria di usia lanjut adalah
hyperplasia prostat (BPH). Penyebabnya belum diketahui, tetapi mungkin akibat
adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena proses penuaan. Yaitu terjadi
karena pengaruh hormone testoteron yang diubah menjadi dihidrostestoteron di
sel prostat. Penyakit ini menimbulkan ketidaknyamanan pada penderitanya karena
biasanya menimbulkan gejala yang mengganggu system perkemihan.
Untuk
mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan dengan pemberian terapi farmakologi.Terapi
farmakologi untuk Hiperplaia Prostat ini dapat dikategorikan menjadi 3 tipe,
yaitu agen yang bekerja merelaksasi otot polos prostate (menurunkan faktor
dinamik), agen yang mengganggu efek stimulasi testosterone pada kelenjar
prostate yang membesar (menurunkan faktor static), dan kombinasi terapi dari
keduanya.
a. α-blockers,
Semua α-blocker memiliki
kemanjuran klinik yang mirip. Terapi dengan α-blocker brdasarkan
hipotesis bahwa LUTS sebagian disebabkan oleh kontraksi otot polos prostate dan
leher kandung kencing yang dimediasi oleh α1-adrenergik yang menghasilkan tersumbatnya
saluran kemih. Agen ini merelaksasi sfingter intrinsik uretral dan otot polos
prostate namun tidak mengecilkan ukuran prostate.
Obat
yang biasa digunakan adalah α-blocker generasi kedua yaitu seperti:
·
Prazosin dengan dosis 2-10 mg dalam 2
atau 3 dosis terbagi dalam waktu 2 – 6 minggu.
·
Terazosin dengan dosis 1-10 mg dosis
tunggal, maksimum 20 mg dalam waktu 2 – 6 minggu.
·
Doxazosin dengan dosis 1 – 4 mg dosis
tunggal, maksimum 8 mg dalam waktu 2 – 6 minggu.
·
Doxazosin GTS dengan dosis 4 atau 8 mg
dosis tunggal, maksimum 8 mg, dalam waktu beberapa hari.
·
Alfuzosin 10 mg dosis tunggal, dalam
waktu beberapa hari
Selain
itu juga ada α-blocker generasi ketiga yang tersedia di Amerika yaitu
Tamsulosin. Obat ini bekerja secara selektif pada reseptor α1-adrenergik
prostate yang menyusun kurang lebih 70% dari reseptor adrenergic dari kelenjar
prostate. Blockade pada reseptor tersebut menghasilkan relaksasi otot polos
dari prostate dan kandung kemih tanpa menyebabkan relaksasi otot polos vaskuler
perifer.
Terapi
dengan obat – obat tersebut harus diawali dengan dosis rendah, untuk
meningkatkan toleransi terhadap kemungkinan terjadinya efek samping seperti
hipotensi ortostatik dan pening.
b. 5α-reductase-inhibitors (finasteride
atau dutasteride)
Merupakan
obat pilihan untuk pasien dengan LUTS sedang/berat dan prostate membesar
(>40 g). kedua obat tersebut menurunkan volume prostate hingga 20-30% dan
memiliki kemanjuran klinik yang mirip. 5α-reductase-inhibitors dapat
mencegah perkembangan BPH, meningkatkan skor gejala hingga 15% dan juga dapat
menyebabkan peningkatan yang lumayan pada aliran berkemih yaitu 1,3 – 1,6
mL/s.
1. Finasteride
Finasteride lebih
efektif diberikan kepada pasien dengan prostat lebih besar dari pada 40 mL.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa finasteride secara signifikan dapat
mengurangi retensi urin akut dan pembedahan pada penderita BPH. Finasteride
juga mampu menurunkan tingkat PSA dalam serum (Rosette, et
al., 2004). Finasteride memiliki efek samping yang berkaitan dengan fungsi
seksual. Pada sebuah penelitian, dilaporkan terjadinya efek samping penurunan
libido (6,4%), impoten (8,1%), penurunan ejakulat (3,7%) dan kurang dari 1%
pasien mengalami keluhan lain seperti kemerahan, pembesaran dan pelembekan payudara
(Rosette, et al., 2004).
2. Dutasteride
Dutasteride
merupakan 5α-reductase-inhibitors nonselektif yang menekan isoenzin
tipe 1 dan 2, dan sebagai konsekuensinya lebih cepat dan lebih efektif dalam
menurunkan produksi DHT intraprostat dan tingkat DHT serum hingga 90%. Kombinasi
terapi α1-adrenergic
antagonist dengan 5α-reductase-inhibitorsideal diberikan kepada
pasien dengan gejala berat, yang juga mengalami pembesaran prostat lebih dari
40 g dan tingkat PSA sedikitnya 1,4 ng/mL. kekurangan dari terapo kombinasi ini
adalah meningkatnya biaya pengobatan, dan peningkatan kejadian munculnya efek
yang tidak diharapkan.
Peringatan : jika kamu merasa artikel kami belum jelas atau
anda ada pertanyaan lain, maka anda bisa klik konsultasi online,
dimana pakar kami akan menjawab pertanyaan anda, atau hubungi nomor
021-6911922. Metropole Hospital Jakarta berharap semoga anda
senantiasa sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar