Tidak dapat dipungkiri sperma
merupakan poin penting dalam terjadinya
kehamilan. Karena apabila tidak ada sperma maka pembuahan tidak dapat
dilakukan. Namun faktor keberadaan sperma sendiri tidak selalu mejamin akan
keberhasilan pembuahan itu sendiri. Karena untuk keberhasilan pembuahan, selain
ketersedian ovum yang sudah matang juga dibutuhkan sperma yang berkwalitas
baik. Kwalitas sperma yang baik itu sendiri dapat ditentukan berdasarkan
beberapa criteria yaitu berdasarkan bentuk, jumlah, juga gerakannya.
Namun terkadang ada pria yang mengalami gangguan sperma sehingga
menyulitkan terjadinya pembuahan. Misalnya gangguan seperti jumlah sperma yang
kurang dari normal (Oligospermia), gerakan sperma kurang (Asthenozoospermia),
sperma mati (Nekrozoospermia), dll.
Gangguan-gangguan sperma pada pria
ini dapat diperiksa melalui pemeriksaan analisis sperma. Analisis sperma
umumnya juga dilakukan untuk diagnosis evaluasi pre/post terapi medikal maupun
surgikal infertilitas pria. Pemeriksaan laboratorium analisis sperma menurut
WHO 1990, dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar pemeriksaan semen
yang meliputi deskripsi plasma semen, konsentrasi sperma, motilitas, morfologi,
hitung sel selain sperma, dan tes antibodi yang melapisi sperma.
2. Jenis-jenis tes pilihan yang tidak
rutin dilakukan, tetapi tergantung kebutuhan.
3. Jenis tes riset yang digunakan dalam
laboratorium riset andrologi.
4. Garis besar teknik-teknik memisahkan
sperma.
5. Cara melakukan kontrol kualitas
laboratorium andrologi.
6. Metode yang lebih detail tentang tes
interaksi mukus servikalis dengan sperma.
7. Tambahan-tambahan tentang nilai
rujukan analisis sperma, petunjuk teknik pewarnaan sperma, persiapan
tes immunobead, dan biokimia semen.
Prosedur ini umumnya dilakukan untuk menghitung
konsentrasi sperma, motilitas, dan morfologi. Saat ini direkomendasikan
penghitungan 200 sperma dua kali untuk perhitungannya, yang dilakukan
berdasarkan beberapa petunjuk, yaitu :
a. Jumlah sel spermatozoa yang normal
adalah minimal 20 juta/ml sperma. Apabila sel sperma jumlah kurang dari 20
juta/ ml maka sel spermatozoa ini digolongkan oligospermia.
b. Penghitungan motilitas sperma
berdasarkan bergerak tidaknya dan kecepatan sperma bergerak. Diketahui panjang
kepala sperma 5 ìm dan panjang ekor sperma 50 ìm. Jika sperma bergerak dengan
kecepatan 5 kali panjang kepala sperma atau setengah kali panjang ekor sperma
maka diperkirakan kecepatan sperma adalah 25 ìm/detik. Metode ini memiliki
reprodusibilitas yang lebih baik daripada metode yang direkomendasikan
sebelumnya.
c. Menentukan bentuk normal dan
abnormal, tanpa harus menghitung detail dari bentuk-bentuk abnormal
sperma.
d. Tentang kontrol kualitas analisis
sperma yang diperlukan untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan sistematik
serta variabilitas yang tinggi. Aktivitas kontrol kualitas disiapkan dengan
satu laboratorium rujukan sebagai kontrol kualitas interna. Penetapan kualitas
eksterna didasarkan pada hasil evaluasi sampel yang sama yang dievaluasi di
beberapa laboratorium.
Peringatan : jika kamu merasa artikel kami belum jelas atau
anda ada pertanyaan lain, maka anda bisa klik konsultasi online,
dimana pakar kami akan menjawab pertanyaan anda, atau hubungi nomor
021-6911922. Metropole Hospital Jakarta berharap semoga anda
senantiasa sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar