Selasa, 10 Desember 2013

KOMPLIKASI SIFILIS PADA JANIN

Penyakit menular seksual pada dasarnya dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh manusia, begitu pula jaringan tubuh janin yang sedang berkembang dalam tubuh sang ibu. Hal ini disebabkan akibat infeksi virus penyakit tersebut. Maka dari itu terinfeksi penyakit menular seksual pada saat hamil sangat berbahaya untuk ibu maupun janin itu sendiri. Karena akibat infeksi virus tertentu pada saat perkembangan janin dalam kandungan dapat mengganggu perkembangan janin itu sendiri sehingga dapat menimbulkan kecacatan pada saat kelahiran.
Salah satu penyakit menular seksual yang dapat menimbulkan resiko tinggi pada kehamilan adalah penyakit sifilis. Dimana penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi pada janin.
Komplikasi yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.
Berdasarkan gejalanya sifilis konginetal dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sifilis konginetal dini, sifilis konginetal lanjut, dan sigmata.
2.Sifilis kongenital dini
Dianggap sifilis kongenital dini jika timbul pada anak di bawah usia 2 tahun. Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi, mengenai berbagai organ dan menyerupai sifilis stadium II. Karena infeksi pada janin melalui aliran darah maka tidak dijumpai kelainan sifilis primer. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir. Pada bayi dapat dijumpai kelainan berupa kondisi berikut : Pertumbuhan intrauterine yang terlambat; Kelainan membrane mukosa; Kelainan kulit, rambut dan kuku; Kelainan tulang; Kelainan kelenjar getah bening: terdapat limfadenopati generalisata; Kelainan alat-alat dalam: hepatomegali, splenomegali, nefritis, nefrosis, pneumonia; Kelainan mata: Korioretinitis, glaukoma dan uveitis; Kelainan hematologi: anemia, eritroblastemia, retikulositosis, trombositopenia, diffuse intravascular coagulation (DIC); Kelainan susunan saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila tidak diobati secara adekuat akan menimbulkan hidrosefalus, kejang dan mengganggu perkembangan intelektual
3.Sifilis kongenital lanjut
Sifilis ini biasanya timbul setelah umur 2 tahun, lebih dari setengah jumlah penderita tanpa manifestasi klinik, kecuali tes serologis yang reaktif. Titer serologis sering berfluktuasi, sehingga jika dijumpai keadaan demikian, dapat diduga suatu sifilis kongenital. Pada keadaan ini cirri yang paling mencolok adalah adanya lesi kornea, tulang, dan sistem saraf pusat. Dapat dijumpai kelainan sebagai berikut : Kornea : Keratitis Intersisial; Tulang : Perisynovitis (Clutton’s joint).
4.Stigmata sifilis congenital

Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian disebut dengan stigmata sifilis kongenital,akan tetapi  hanya sebagian penderita yang menunjukkan gambaran tersebut.Ditemukannyastigmata ini dapat menjadi salah satu pegangan unuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital.Pada stigmata sifilis  kongenital, hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya trias Hutchinson, yaitu: Perubahan pada gigi insisivus menjadi datar dan seperti gergaji, Opasitas kornea (kornea ditutupi kabut berwarna putih) tanpa ilserasi permukaan kornea, Ketulian karena ganguan nervus akustikus.Ketulian biasanya terjadi mendekati masa pubertas, tetapi kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan.

Article From : metropolehospital

Peringatan : jika kamu merasa artikel kami belum jelas atau anda ada pertanyaan lain, maka anda bisa klik konsultasi online, dimana pakar kami akan menjawab pertanyaan anda, atau hubungi nomor 021-6911922. Metropole Hospital Jakarta berharap semoga anda senantiasa sehat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar